EastHausted2k, Jalan Sunyi Membelah Ranu Pani

Rendi Widodo
3 min readMar 28, 2024
1.152 km

Dalam tulisan sebelumnya tentang long run, sudah tersirat kalau saya adalah orang yang masuk kelompok penggemar jarak jauh. Meski tak menutup diri untuk riding-riding kelompok jarak dekat, minat saya sendiri jauh lebih besar pada perjalanan-perjalanan panjang, sekalipun harus dilakukan seorang diri.

Minat ini datang pertama kali di tahun 2010. Di saat saya yang masih berusia 22 tahun akhirnya bisa memiliki motor sendiri (Pulsar 135 LS). Pulsar inilah yang mendorong saya untuk memberanikan diri berkendara jarak jauh pertama kalinya menuju Kutoarjo, Jawa Tengah dari Bekasi.

Destinasi Kutoarjo sebagai kampung halaman ibu (jalur Pantura 2 kali, sisanya selatan) pun menjadi destinasi tahunan, di mana sejak 2010 saya sudah terbiasa memisahkan diri dari keluarga di soal perjalanan mudik Lebaran.

Tak hanya dalam rangka pulang kampung, seiring berjalannya waktu, saya pun semakin tenggelam dalam perjalanan-perjalanan jauh hingga hari ini. Minat ini pula yang membuat saya merasa ingin lebih independen dan tidak lagi terbebani logo komunitas yang harus dijaga nama baiknya (kala itu saya bergabung dengan komunitas Patriot Prides yang akhirnya menjadi lingkar persahabatan hingga kini).

Jika bicara long run, salah satu rute paling terkenang adalah perjalanan Jakarta-Malang di tahun 2019. Rute ini menjadi yang terjauh yang pernah saya lakukan dan menjadi pintu dari banyak pengalaman baru.

Beberapa jam lagi pun saya akan kembali mencoba sebuah perjalanan panjang lainnya. Kali ini sedikit lebih jauh ke ujung timur Jawa, Banyuwangi.

Berbeda dengan perjalanan-perjalanan jauh lainnya, di mana persiapan biasanya saya fokuskan pada mental dan kesiapan fisik. Di perjalanan yang bertajuk EastHausted2k ini, saya justru lebih fokus pada persiapan Marni (motor saya) yang dirasa sudah tak setangguh dulu.

Marni yang telah menemani saya hampir 8 tahun merupakan mesin terlama yang pernah saya miliki. Terbilang tak banyak masalah, Honda CBR150 2016 ini pada akhirnya mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan.

Berbagai persiapan yang ternyata tak semuanya instalasi slow movement parts pun saya lakukan, mulai dari penggantian coolant radiator, ban, gear depan, tuas perpindahan gigi, hingga penebalan tambalan tangki bensin yang sudah pernah bocor.

Setelah menimbang motor ini siap jalan pun, saya masih dihantui potensi masalah yang mungkin saja terjadi pada Marni. Dengan pertimbangan ini, saya pun berencana membawa berbagai alat perbengkelan lengkap serta mengalokasikan budget khusus kemungkinan perbaikan di level Rp500 ribu.

Persiapan ini bukan sepenuhnya masalah khawatir, namun saya merasa ini menjadi salah satu bentuk gaya berkendara jarak jauh saya yang semakin mature. Berbeda dengan di awal-awal masa muda, saat itu semua dilakukan dengan intuisi. Kali ini pun masih, namun diimbangi dengan pengalaman yang lebih kaya.

Di perjalanan ini saya benar-benar memberikan perhatian pada detail tiap aspek, mulai dari kesiapan motor, perhitungan waktu tempuh, hingga akomodasi perjalanan. Semuanya saya ukur dengan margin-margin kompromi yang dirasa akurat.

Satu hal yang benar-benar baru adalah pemilihan waktu riding. Di mana ini akan jadi kali pertama saya akan menghindari waktu-waktu malam. Semua alokasi waktu tempuh saya fokuskan selama Matahari terjaga.

Kebaruan alokasi waktu berkendara ini pun akan memungkinkan saya menikmati lebih banyak lanskap perjalanan. Namun, di sisi lain juga mungkin akan lebih berat. Mengingat Maret-April ini kondisi cuaca tak menentu.

Bagian yang mungkin paling menarik adalah saat saya harus menembus Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari arah Malang menuju Lumajang. Melalui Senduro, ini akan menjadi rute lanjutan dari rekor long run saya sebelumnya dan tentu saja semuanya clueless dari sini.

Dalam perjalanan kali ini saya akan mencoba untuk tidak terlalu tenggelam dengan dokumentasi, di mana saya hanya akan mengandalkan kamera ponsel dan tripod mini untuk mengeksekusi lanskap yang mungkin menarik.

Semua fokus akan saya curahkan pada disiplin waktu kendara dan istirahat agar tidak terlalu molor atau lelah dalam perjalanan. Aniwey, saya akan mengupdate semua dokumentasi melalui akun Instagram publik saya di @gaypocalipse_

Semoga perjalanan ini bisa menjadi berkah untuk warung-warung nasi yang saya kunjungi, dan saya kembali ke Jakarta tanpa merugikan siapapun. Shalom

--

--

Rendi Widodo

Mesin bicara yang berharap manusia mulai berhenti berkembang biak