Akhirnya Saya Kembali Ke Pelukan Microsoft

Rendi Widodo
3 min readMay 23, 2023
Bagian insights di side bar Bing powered jadi bagian yang paling seru buat yang suka sama pengetahuan apa aja

Beberapa waktu lalu memang sempat ramai pembahasan soal AI yang akhirnya ditawarin sama Microsoft lewat Bing. Tapi nyatanya bukan soal itu yang akhirnya bikin saya ̷p̷i̷n̷d̷a̷h̷ ̷a̷g̷a̷m̷a̷ kembali ke haribaan Microsoft, melainkan hanya di persoalan browser Google yang beratnya udah kaya dosa korupsi Setya Novanto.

Berawal dari ketertarikan mencoba AI Bing, saya akhirnya submit untuk masuk dalam daftar antrean penggunaan yang beberapa hari kemudian juga sudah saya lupakan.

Namun, di tengah lupa itu, akhirnya Bing ngasih notif bahwa saya sudah bisa menggunakan AI-nya lewat sebuah fitur Bing search yang bahkan tiba-tiba nongol di tengah desktop layar. Hal ini bisa mereka lakuin karena toh OS yang ada di laptop Axioo (seharga Rp3,5 jutaan saya yang berlayar 4K) saya adalah Windows 10 Pro yang juga memang punya Microsoft.

Iseng akhirnya saya cobalah itu search engine dan terus iya-iyain berbagai rekomendasinya, di mana akhirnya sampai pada nyobain ̷i̷b̷u̷ ̷t̷e̷m̷a̷n̷ browser mereka, Edge yang katanya sudah sangat canggeeh.

Dari pertama akhirnya running si Edge (yang memang sejatinya udah ketanem di OS dan gak bisa dihapus awam) sensasi yang saya rasain adalah “Ajg, kok enteng ya?”.

Seketika itu juga saya pun teringat dengan kenangan-kenangan bersama Chrome Setnov yang aslik konsumsi ram-nya gila-gilaan. Macem kaya ram laptop saya ocha tea free flow Yoshinoya.

Chrome memang terkenal berat dalam pengoperasiannya, apalagi di kalangan pekerja rentan miskin seperti saya yang cuma bisa beli laptop seharga dua pasang sepatu Converse doang. Isu berat ini memang tidak selalu mengganggu (karena toh ram saya juga 6 GB), namun sadar gak sadar performa baterai laptop yang dikunyah.

Dari awal kembali berkenalan dengan cicit Internet Explorer (IE) ini, masya alloh saya jatuh hati. Dengan kesan proses browser yang ringan ini aja kayanya udah cukup buat ngebantu produktivitas saya dalam bekerja. Maklum, saya kan orang yang badannya gampang sakit kalo tidak kerja, jadi bawaannya mau kerja terus.

Seketika itu juga saya tinggalkanlah Chrome dengan segala kekurangannya (versi saya).

Menariknya, kompetisi antar browser ini membuat Edge dengan cepat bisa mencuri pengguna lewat fitur-fitur sinkronisasinya yang gampil. Edge menawarkan import data yang ada di Chrome dengan sekali klik.

Analoginya kaya kita pindah rumah tapi printilan dan setup rumahnya tetap yang kaya kita pengen di rumah lama. Cuma bedanya, tadinya saya tinggal di Babelan, tau-tau pindah rumah ke Maldives. Sama-sama relate sama laut lah ya.

Edge import semua add on, tool bar, browse history, even sampe ke password (yang terakhir ini emang rada ngeri sih ya, tapi yaudahlah namanya make sistem orang, kalo mau aman ya bikin OS sendiri kali ya).

Terlepas dari ringannya, Edge juga udah nambahin side bar yang isinya mulai AI-AI-an versi internet-based Bing, ragam tools, image generator, email outlook, Microsoft 365, sampe E-tree buat nanem pohon tapi sambil dijejelin info-info go green.

Tadinya saya pikir side bar ini bakal fix, eh ternyata bisa dicustom mau tambahin atau hidden apa aja. Sejauh ini saya cuma nambahin tab Gmail aja, ya karena memang kepake buat kerja.

Secara kesimpulan, cerita ini bukan maksud buat jelek-jelekin Chrome atau bagus-bagusin Edge, tapi memang saya sebagai pengguna, dan mungkin banyak pengguna lainnya, akan selalu berlabuh di sistem yang dirasa paling cocok untuk kebutuhan.

Masalah menetap atau gaknya tergantung dari si produk itu sendiri dan gimana aksi kompetitornya. Siapa yang tahu kalau suatu hari Kominfo (yang menterinya katanya d̷e̷k̷i̷l̷ korupsi itu) bikin browser yang canggih di mana sudah include 3D printer fisik yang dikirim ke pengguna yang download browsernya (bisa buat ngeprint boneka silikon ̷I̷v̷a̷n̷ ̷G̷u̷n̷a̷w̷a̷n̷ Sam Smith).

Sekali lagi, inti cerita bukan di soal AI yang menurut saya hari ini masih jauh kreativitasnya sama otak kita, tapi murni soal package Edge yang emang menurut saya sekarang lebih juara dari Chrome.

Btw, semua cerita saya ini gak dibayar sama Microsoft ya, tapi ya kalo mau transfer-transfer boleh kok saya ada rekening BCA sama Mandiri.

--

--

Rendi Widodo

Mesin bicara yang berharap manusia mulai berhenti berkembang biak